A. Pengertian Budaya Politik
Budaya politik adalah orientasi masyarakat terhadap
suatu sistem politik. Dalam setiap masyarakat, terdapat budaya politik yang
menggambarkan pandangan mereka mengenai proses politik yang berlangsung di
lingkungannya sendiri. Tingkat kesadaran dan partisipasi mereka biasanya
menjadi hal penting untuk mengukur kemajuan budaya politik yang berkembang.
Perbedaan pandangan masyarakat dalam menyikapi masalah politik dalam hubungannya dengan pemerintah merupakan bagian kajian tentang budaya politik suatu masyarakat. Gejala budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia sebagai contoh adalah sejak reformasi tahun 1998. kesadaran politik masyarakat Indonesia meningkat cukup tajam. Berbagai hal yang sebelumnya dianggap tabu atau aneh kini menjadi hal yang sangat biasa. Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa, buruh, atau masyarakat sipil. Pada masa kepemimpinan Soeharto atau era Orde Baru, demonstrasi tidak diperbolehkan karena dianggap mengganggu stabilitas keamanan. Tetapi saat ini, demonstrasi tidak dilarang karena merupakan hak rakyat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemimpin. Menurut Almond dan Verba, budaya politik yang sering disebut pula kebudayaan politik merupakan dimensi psikologis (bukan lagi sebuah sistem normatif yang ada di luar masyarakat) dari sistem politik. “Budaya politik merupakan kultur politik yang berkembang dan dipraktikan oleh suatu masyarakat tertentu.”
PENGERTIAN BUDAYA POLITIK
1. Samuel Beer, budaya politik adalah
nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaiman pemerintahan
seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.
2. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya
politik adalah suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap
sistem politik dengan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap
peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.
3. Rusdi Sumintapura, budaya politik adalah
pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan plitik yang
dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
4. Mochtar Masud dan Colin McAndrews, budaya
politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan
pemerintahan negara dan politiknya.
5. Larry Diamond, budaya politik adalah
keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat
tentang sistem politik negara mereka dan peran masing-masing individu dalam
sistem itu.
Perbedaan budaya politik (tingkat kesadaran dan partisipasi politik) masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan:
Masyarakat pedesaan: Tergantung
pada pilihan politik pemimpinnya, baik pemimpin adat, suku, maupun agama.
Masyarakat perkotaan: Tidak
bergantung pada pilihan orang lain.
Budaya politik diartikan sebagai suatu sistem nilai
bersama suatu masyarakat yng memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat
seluruhnya.
Secara umum, budaya politik terbagi atas:
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, pasif);
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja
dimobilisasi); dan
3. Budaya politik partisipatif (aktif).
Faktor-faktor yang mempengaruhi model kebudayaan
politik yang berkembang dalam masyarakat:
1. Tingkat pendidikan warga negara (faktor kunci)
2. Tingkat ekonomi (semakin sejahtera rakyat maka
semakin tinggi partisipasi politiknya)
3. Reformasi
politik/political will (semangat merevisi dan mengadopsi sistem politik sistem
politik yang lebih baik).
4. Supremasi
hukum (adanya penegakan hukum yang adil, independen, dan bebas).
5. Media
komunikasi yang independen (berfungsi sebagai kontrol sosial, bebas, dan
mandiri).
Budaya politik lebih merupakan sifat atau karakter berpolitik yang berkembang dalam masyarakat dengan seperangkat objek dan proses sosial yang bersifat khusus.
Budaya politik lebih merupakan sifat atau karakter berpolitik yang berkembang dalam masyarakat dengan seperangkat objek dan proses sosial yang bersifat khusus.
Almond dan
Verba membagi orientasi politik menjadi 3 bagian:
1. Orientasi
kognitif, merupakan pengetahuan masyarakat tentang sistem politik, peran,
dan segala kewajibannya. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
2. Orientasi
afektif, merupakan perasaan masyarakat terhadap sistem politik dan
perannya, serta para aktor dan penampilannya. Perasaan masyarakat ini bisa saja
merupakan perasaan untuk menolak atau menerima sistem politik atau kebijakan
yang dibuat.
3. Orientasi
evaluatif, merupakan keputusan dan pendapat masyarakat tentang objek-objek
politik yang secara tipikal melibatkan nilai moral yang ada dalam masyarakat
dengan kriteria informasi dan perasaan yang mereka miliki.
Almond dan
Verba mengidentifikasi tiga objek yang dituju dalam orientasi politik.
1. Peran atau struktur dari sebuah institusi politik
1. Peran atau struktur dari sebuah institusi politik
2. Para
pemegang jabatan atau aktor dari sebuah institusi negara seperti pemimpin
monarki, legislator dan administrator. (Aktor/orangnya)
3. Kebijakan,
keputusan, dan penguatan keputusan yang dibuat oleh para aktor di dalam negara.
(Produk).
B. Tipe-Tipe Budaya Politik
B. Tipe-Tipe Budaya Politik
AS dan Inggris
adalah negara yang paling mendekati model kebudayaan kewarganegaraan. AS
cenderung peserta aktif dan khawatir terhadap pemerintahan yang kuat. Sedangkan
di Inggris cenderung pada penghargaan terhadap subjek dan mendorong
perkembangan yang kuat dan efektif serta struktur administrasi yang efektif dan
bebas akibat mapannya orientasi penghargaan dan orientasi subjek.
Dimensi-dimensi
yang menjadi ukuran dalam menentukan budaya politik suatu masyarakat.
1. Tingkat pengetahuan umum masyarakat mengenai sistem politik negaranya, seperti pengetahuan tentang sejarah, letak geografis, dan konstitusi negara.
1. Tingkat pengetahuan umum masyarakat mengenai sistem politik negaranya, seperti pengetahuan tentang sejarah, letak geografis, dan konstitusi negara.
2. Pemahaman
masyarakat mengenai struktur dan peran pemerintah dalam membuat kebijakan.
3. Pemahaman
mengenai penguatan kebijakan yang meliputi masukan opini dari masyarakat dan
media massa kepada pemerintah.
4. Sejauh mana
pertisipasi masyarakat dalam berpolitik dan bernegara, serta sejauh mana
pemahamannya mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Tiga tipe
kebudayaan menurut Almond dan Verba:
1. Budaya
politik parokial. Memiliki ciri:
- Frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali.
- Tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus.
- Peran-peran pemimpin masyarakatnya sangat berperan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan religius.
- Partisipasi masyarakat sangat bergantung pada pemimpinnya
- Dianut oleh masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman Indonesia.
2. Budaya
politik subjek. Memiliki ciri:
- Frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
- Pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan.
- Masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem politik.
3. Budaya
politik partisipan. Memiliki ciri:
- Anggota masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik.
- Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan.
- Berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.
- Masyarakat sudah ikut terlibat dalam sistem politik pemerintahan.
C. Tipe-Tipe Budaya Politik Yang Berkembang di Indonesia
Berikut adalah
pembagian tipe-tipe politik yang lebih didasarkan pada gaya berplitik yang
berkembang di Indonesia.
1. Budaya
politik tradisional
Budaya politik
tradisional merupakan budaya politik yang memprioritaskan satu budaya dari
etnis tertentu. Sebagai contoh, ketika Soeharto memimpin negeri kita selama
lebih dari 3 dekade, masyarakat etnis Jawa cukup mendominasi pusat-pusat
kekuasaan penting, seperti kekuasaan yang ada dalam tubuh ABRI (TNI).
2. Budaya
politik Islam
Budaya politik
Islam adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada keyakinan dan
nilai agama Islam. Biasanya kelompok santri mempelopori budaya politik ini.
3. Budaya
politik modern
Budaya politik
modern adalah budaya politik yang lebih bersifat netral tanpa mendasarkan pada
budaya atau agama tertentu. Budaya politik ini dikembangkan pada masa
pemerintahan Orde Baru yang bertujuan untuk stabilitas keamanan dan kemajuan.
Harold Laswell
mengemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan ciri-ciri masyarakat yang
demokratis.
1. Open ego
(sifat keakuan yang terbuka). Artinya, tingkah laku yang terbuka terhadap
keberadaan orang lain.
2. Kapasitas
untuk membentuk sejumlah nilai dengan orang lain.
3. Lebih
berprientasi pada nilai-nilai yang beragam.
4. Percaya dan
yakin terhadap lingkungan sosialnya.
5. Relatif
lebih memiliki kebebasan daripada rasa cemas.
D. Pembagian Tipe Budaya Politik Menurut Geertz
Tiga budaya
politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia menurut Geertz:
1. Budaya
politik abangan
Budaya politik
masyarakat yang menekankan aspek-aspek animisme atau kepercayaan terhadap
adanya roh halus yang mempengaruhi hidup manusia. Ciri khasnya adalah diadakan
upacara selamatan untuk mengusir roh halus.
2. Budaya
politik santri
Budaya politik
masyarakat yang menekankan pada aspek-aspek keagamaan, khususnya Islam.
3. Budaya
politik priyayi
Budaya politik
masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi. Priayi adalah masyarakat kelas
atas atau kelompok masyarakat aristokrat dan bekerja sebagai birokrat (pegawai
pemerintah). Yang dulunya berafiliasi (berhubungan, berpautan) dengan partai
PNI, kini berinfiliasi pada partai golkar.
Afan Gaffar, budaya politik indonesia memiliki 3 ciri dominan:
1. Hirarki yang
tegar/ketat: adanya pemilahan tegas antar penguasa (wong Gedhe) dengan Rakyat
kebanyakan (wong cilik).
2. Kecendrungan
Patronage ( hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa) seperti
majikan majikan dengan buruh.
3. Kecendrungan
Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan
budaya politik yang berkarakter patrimonial.
E. Perkembangan Tipe Budaya Politik Sejalan Dengan Perkembangan Sistem
Politik
Pada
negara-negara demokratis umumnya, partisipasi politik warga negaranya dapat
mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan.
Menurut Samuel
P. Huntington dan Joan Nelson, “Partisipasi politik adalah kegiatan warga
negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan
atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai
atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.”
Menurut Herbert
McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan
kebijakan umum. Peran dan political will elit yang berkuasa sangat mempengaruhi
perluasan dan pembatasan, sedangkan elit politik yang tidak berkuasa cenderung
meluaskan partisipasi politik dan mengubah serta mengembangkannya ke bentuk
partisipasi yang baru.
Setiap insan
politik harus dapat menunjukan partisipannya dalam kegiatan yang berkaitan
dengan hak warga negara, yang bertujuan untuk ikut mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah. Berikut adalah kegiatan-kegiatan waraga negara dalam bentuk partisipasi politik.
1. Terbentuknya
organisasi-organisasi politik dan organisasi masyarakat.
2. Lahirnya
kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok penekan, dan LSM.
3. Pelaksanaan
pemilu berupa berkampanye, menjadi pemilih aktif atau menjadi anggota parlemen.
4. Munculnya
kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem input dan output
kepada pemerintah.
F. Pentingnya Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik
Menurut Almond
dan Verba, budaya politik demokratis merupakan gabungan dari budaya politik
partisipan, subjek, dan paroikal. Menurut Samuel P. Huntington, modernisasi
budaya politik ditandai oleh tiga hal yaitu sebagai berikut.
1. Sikap
politik yang rasional dan otonom di dalam masyarakat. (Tidak memilih satu
pilihan politik berdasarkan pemimpinnya)
2. Diferensiasi
struktur. (Sudah ada spesifikasi atau tugas yang harus dilakukan)
3. Perluasan
peran serta politik di dalam masyarakat.
G. Peran Serta Politik Partisipan
Budaya politik
demokratis adalah budaya politik yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi. Dalam peran serta politik partisipan, masyarakat diarahkan untuk berperan
aktif dalam proses politik yang berlangsung di lingkungannya.
Tipe-tipe partisipan
adalah sebagai berikut.
1. Partisipan
terbuka : para responden yang tidak acuh terhadap perkawinan antarpartai
dan menjelaskan dirinya sendiri secara emosional dalam pemilihan.
2. Partisipan
apatis : para responden yang memilih salah satu partai besar dan menyatakan
ketidakacuhannya terhadap perkawinan antarpartai serta mengingkari perasaan
pemilihan.
3. Partisipan bersemangat : para responden yang
prihatin terhadap perkawinan antarpartai dan secara emosional terlibat dalam
pemilihan.
SOSIALISASI POLITIK
1. Pengertian sosialisasi politik:
Kenneth P. Langton, Sosialisasi politik adalah cara bagaimana masyarakat meneruskan kebudayaan
politiknya.
Gabriel A. Almond, Sosialisasi politik adalah proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola
tingkah laku diperoleh atau dibentuk, dan merupakan sarana bagi generasi muda
untuk menyampaikan patokan politik dan keyakinan politik.
Richard E. Dawson, sosialisasi politik adalah pewarisan pengetahuan , nilai dan
pandangan politik darimorang tua, guru dan sarana sosialisasi lainnya
bagi warga baru dan yang beranjak dewasa.
Dennis Kavanagh, sosialisasi politik adalah istilah untuk mengganbarkan proses dimana
seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik.
Ramlan Surbakti, sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota
masyarakatnya.
Alfian, sosialisasi Politik adalah usaha sadar untuk mengubah proses
sosialisasi politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati
nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun.
Sosialisasi politik dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:
1). Dalam
Lingkungan Keluarga, orang tua bisa mengajarkan kepada anak-anak beberapa cara
tingkah laku politik tertentu. Melalui obrolan politik ringan sehingga tak
disadarai telah menanamkan nilai-nilai politik kepada anak-anaknya.
2). Di
Lingkungan Sekolah,dengan memasukkan pendidikan kewarganegaraan. Siswa dan guru
bertukar informasdi dan berinteraksi dalam membahas topik tentang politik.
3). Di Lngkungan
Negara, secara hati-hati bisa menyebarkan dan menanamkan ideologi-ideologi
resminya.
4). Di
Lingkungan Partai politik, Salah satu fungsi partai politik adalah dapat
memainkan perannya sebagai sosioalisasi politik. Artinya parpol itu telah
merekrut anggota atau kader danpartisipannya secara periodik. Partai politik
harus mampu menciptakan kesan atau image memperjuangkan kepentingan
umum.
Menurut Ramlan
Surbakti ada dua macam sosialisasi politik dilihat dari metode penyampaian
pesan:
- Pendidikan Politik: proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Dari sini anggota masyarakat mempelajari simbol politik negaranya, norma maupun nilai politik.
- Indoktrinasi Politik: proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap pihak berkuasa sebagai ideal dan baik.
Dalam upaya
pengembangan budaya politik, sosialisasi politik sangant penting karena dapat
membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa, serta dapat
memelihara kebudayaan politik suatu bangsa, penyampaian dari generasi tua
ke generasi muda, dapat pula sosialisasi politik dapat mengubah kebudayaan
politik.
Menurut Gabriel
A. Almond, sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan
kebudayaan politik suatu bangsa dan mememlihara kebudayaan politik suatu bangsa
dengan bentuk penyampaian dari generasi tua kepada generasi muda.
Terdapat 6
sarana atau agen sosialisasi politik menurut Mochtar Masoed dan Colin
MacAndrews, adalah:
- Keluarga yaitu lembaga pertama yang dijumpai sesorang individu saat lahir. Dalam keluarga anak ditanamkan sikap patuh dan hormat yang mungkin dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam sistem politik setelah dewasa.
- Sekolah yaitu sekolah sebagai agen sosialisasi politik memberi pengetahuan bagi kaum muda tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya. Disekolah memberi kesadaran pada anak tentang pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara, cinta tanah air.
- Kelompk bermain yaitu kelompok bermain masa anak-anak yang dapat membentuk sikap politik seseorang, kelompok bermain saling memiliki ikatan erat antar anggota bermain. Seseorang dapat melakukan tindakan tertentu karena temannya melakukan hal itu.
- Tempat kerja yaitu organisasi formal maupun nonformal yang dibentuk atas dasar pekerjaan seperti serikat kerja, sderikat buruh. Organisasi seperti ini dapat berfungsi sebagai penyuluh di bidang politik.
- Media massa yaitu informasi tentang peristiwa yang terjadi dimana saja dengan cepat diketahui masyarakat sehingga dapat memberi pengetahuan dan informasi tentang politik.
- Kontak-kontak politik langsung yaitu pengalaman nyata yang dirasakan oleh seseorang dapat berpengaruh terhadap sikap dan keputusan politik seseorang. Seperti diabaikan partainya, ditipu, rasa tidak aman, dll.
BUDAYA POLITIK
PARTISIPAN
1. Gabriel
A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik partisipatif
atau disebut juga budaya politik demokrasi adalah suatu kumpulan sistem
keyakinan, sikap, norma, persepsi dan sejenisnya, yang menopang terwujudnya
partisipasi. Untuk terwujudnya partisipasi itu warga negara harus yakin
akan kompetensinya untukterlibat dalam proses politik dan pemerintah
memperhatikan kepentingan rakyat agar rakyat tidak kecewa dan apatis terhadap
pemerintah.
2. Ramlan
Surbakti, partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam
menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.
Ciri-cirinya adalah:
a. Perilaku
warga negara yang bisa diamati bukan batiniah (sikap dan orientasi).
b. Perilaku
atau kegiatan itu mem,pengaruhi pemerintah (pemegang kebijakan)
c. Kegiatan
atau prilaku yang gagal ataupun berhasil termasuk partisipasi politik.
d. Kedgiatan
mempengaruhui pemerintah dapat dilakukan secara:
·
Langsung yaitu individu tidak menggunakan perantara dalam memepengaruhi
pemerintah.
·
Tak langsung yaitu menggunakan pihak lain yang dapat meyakinkan pemerintah.
e. Kegiatan
mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan dengan prosedur wajar (konvensional)
tidak berupa kekerasan (nonviolence) seperti: ikut memeilih dalam pemilu, mengajukan petisi, melakukan
kontak tatap muka, menulis surat, dll, dan ada yang melalui cara –cara diluar prosedur
yang wajar (tidak Konvensional) dan berupa kekerasan (violence),
seperti: demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus (golput),hura-hura,
mogok, serangan senjata, gerakan-gerakan politik, dan revolusi, kudeta,
makar,dll
3. Prof. Dr.
Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang dalampartai
plitik yang mencakup semua kegiatamnnsukarela dimana seseorang turut dalam
proses pemilihan pemimpin plitik dan turut langsung atau tidak lanmgsung
dalam pembentukan kebijakan umum.
PARTAI POLITIK
1. Prof. Dr.
Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha
untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan.
2. Sigmund
Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang
berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat
atas dasar persaingan melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain
yang tidak sepaham.
3. Carl J.
Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintah bagi pimpinan partainya sehingga penguasaan itu memberikan mamfaat
kepada anggota partainya baik bersifat ideal maupun material.
FUNGSI PARTAI
POLITIK
1. Sarana
komunikasi politik: penyalur aspirasi pendapat rakyat, menggabungkan berbagai
macam kepentingan dan merumuskan kepentingan yang menjadi dasar
kebijaksanaannya. Upaya Partai politik dalah mencapai fungsi ini adalah:
- Memperjuangkan aspirasi rakyat agar menjadi kebijaksanaan umum oleh pemerintah
- Menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan pemerintah
- Perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide
- Bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai pengeras suara.
- Penguasaan pemerintah dengan memenangkan setiap pemilu
- Menciptakan image bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum
- Menanamkan solidaritas dan tanggung jawab terhadap para anggotanya maupun anggota lain.
- Melalui kontak pribadi maupun persuasi
- Menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader di masa depan
- Bila anggta partai plitikyang memberikan informasi justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan masyarakat,pimpinan partai politik harus segera klarifikasi atau diselesaikan dengan baik.
- Adanya kemungkinsn anggota parpol lebih mengejar kepentingan pribadi/ golongannya, sehingga berakibat terjadi pengkotakan politik atau konflik yang harus segera diselesaikan dengan tuntas.
1 Response to "Budaya Politik di Indonesia"
Terimakasih sudah membagikan ilmu dan pengetahuan.nya . Semoga bermanfaat untuk readers 😊
Post a Comment