Berbagi, Bakti Peduli Kami (Alumni SM-3T) untuk Negeri!

Hidup adalah sebuah dinamika, dimana tidak ada yang tau pastinya akan seperti apa nasib kita kedepannya. Bersyukurlah bagi mereka-mereka yang diberikan keberlimpahan baik secara materil maupun non-materil. Namun satu hal yang harus diingat, ada sebagian harta yang kita punyai ini adalah milik orang-orang yang lebih membutuhkan. Maka dari itu, berbagilah dengan sesama karena berbagi itu indah. Jangan takut berbagi, karena berbagi tidak akan membuat kita merugi. Justru dengan semakin sering kita berbagi, pintu rizki akan semakin terbuka lebar. Berbagi tidak semata harus dengan harta, ada hal lain yang dapat kita bagikan seperti; ilmu/pengetahuan dan pengalaman.
Sirih pinang sebagai makanan pembuka bagi masyarakat Flores
Suasana ruang kelas di SMPN Satap 1 RB
Pada kesempatan kali ini, penulis akan sedikit berbagi pengalaman yang dimulai dari awal perjalanan penulis menjadi seorang guru kontrak di daerah pedalaman Flores - NTT. Pada pertengahan tahun 2013 lalu, penulis sempat menjadi guru kontrak di daerah 3T melalui program SM-3T angkatan III dari LPTK UNY. Tepatnya di SMPN Satap 1 Riung Barat, Desa Tedhing, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Pulau Flores - NTT. Dengan segala keterbatasan yang ada di daerah penugasan, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas pengabdian selama satu tahun di pedalaman Pulau Flores - NTT. Satu tahun berada di daerah pelosok dan pedalaman yang belum ada listrik, air bersih langka, jalan masih rusak, jadi minoritas, budaya dan kebiasaan berbeda, serta jauh dari keramaian, akan terasa sangat lama dan bosan apabila tidak dijalani dengan suka cita. Sebaliknya, satu tahun di daerah 3T akan terasa sangat cepat apabila dijalani dengan sepenuh hati, saling berbagi dan selalu bahagia. Alhamdulilah, yang dirasakan penulis adalah kebahagiaan yang penuh dengan suka cita. Hal ini dikarenakan penulis saat menjalankan tugas pengabdian disana suka berbagi pengalaman, baik dengan siswa maupun masyarakatnya.
Mengajarkan cara membuat bakso dari jantung pisang dan ikan tengiri
Saat jam sekolah, penulis berbagi pengetahuan pada siswa dan sharing pengalaman dengan guru-guru disana. Tak jarang pula siswa-siswa disana mengajari penulis untuk bisa bercakap bahasa daerahnya. Begitupun di waktu jam pulang sekolah, selepas balik dari sekolah dan istirahat sejenak di asrama siswa penulis pun lanjut pesiar (berkunjung) ke rumah-rumah warga. Kebiasaan pesiar dilakukan oleh penulis mulai dari bulan kedua sampai bulan terakhir masa penugasan. Setiap pesiar penulis selalu membawa satu kantong cemilan yang nanti akan dibagikan dan dimakan bersama-sama sambil berbagi cerita. Tuan rumah pun tak lupa menyajikan hidangan khasnya, yakni secangkir kopi dan sepiring ubi plus sambal nya. Itu baru hidangan pembuka, baru dilanjut dengan hidangan besar yakni makan bersama. Tak tanggung-tanggung lauk yang disajikan adalah lauk olahan ayam. Dengan kebiasaan inilah akhirnya warga satu kampung menjadi sangat dekat dan keberadaan penulis disana bak sedang berada di daerah sendiri. Padahal penulis aslinya dari Indramayu – Jawa Barat bukan dari Flores. Selama satu tahun disana, meski di wilayah orang tapi penulis merasakan adanya rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang begitu kental. Sampai akhirnya penulis tiba di akhir masa tugas dan mengharuskan untuk kembali ke tanah Jawa banyak dari mereka yang mencucurkan air mata melepas kepergian penulis untuk kembali berjuang dan meneruskan Pendidikan Profesi Guru (PPG) di UNY Kampus Wates – Yogyakarta.

Satu tahun penulis menjalani PPG di UNY kampus Wates dan berproses menjadi guru profesional. Dalam proses tersebut, penulis pun kembali merasakan betapa indahnya berbagi. Kali ini yang dibagi adalah pengalaman selama satu tahun mengabdi bersama kawan-kawan dari alumni SM-3T dari berbagai pelosok negeri. Serangkaian kegiatan keasramaan pun mengajarkan kami untuk bisa saling berbagi dalam segala hal, tentunya hal-hal yang positif. Waktu satu tahun pun di asrama seakan tidak terasa lama, tiba-tiba sudah masuk dalam pelaksanaan Ujian Akhir dan pelepasan. Pasca PPG ini terasa ada gejolak yang dahsyat, dimana saya merasa ada kekhawatiran terhadap masa depan yang tak tau mau dibawa kemana setelah berhasil memperoleh sertifikat pendidik. Selama kurang lebih setengah tahun menunggu tanpa kepastian, akhirnya ada titik cerah dari pemerintah yang kembali membuka program CPNS Guru Garis Depan (GGD) tahap II di tahun 2016 dimana pada tahun 2014 lalu pemerintah pun sudah pernah membuka program serupa. Program GGD ini memang dikhususkan bagi mereka-mereka yang sudah memegang sertifikat pendidik melalui program PPG Prajabatan, salah satunya dari program SM-3T. Semangat yang sempat kendur pun kembali terpacu, dan kebetulan penulis menjadi koordinator alumni SM-3T Kab. Indramayu mencoba untuk menginisiasi kegiatan peduli pendidikan yang ada di wilayah tersebut.
Pendistribusian bantuan untuk sekolah 3T di Kab. Indramayu
Sambil menunggu adanya tes CAT bagi peserta CPNS GGD II, kami berhasil mengadakan sebuah kegiatan alumni SM-3T Peduli Sekoalah Tertinggal di Indramayu. Kegiatan ini berlangsung di SD Kelas Jauh yang ada di tengah-tengah hutan Rendong Kec. Terisi. Masih ditemukannya sekolah yang tak layak menjadi prioritas kami untuk berbagi. Kegiatan ini berlangsung dua tahap, pertama penyaluran bantuan buku-buku pelajaran bekas yang masih layak pakai. Kedua, game edukatif dan penyaluran bantuan baju seragam sekolah serta sedikit dana yang diberikan langsung kepada satu-satunya guru disana yaitu bu Laila. Dalam kegiatan tersebut kami membuka donasi dan berhasil menggandeng beberapa yayasan, lembaga, serta para donator yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan di negeri ini. Salah satu donator kami pada saat itu ada juga yang dari Dompet Dhuafa. Beberapa bulan setelah kegiatan tersebut keluarlah jadwal tes CAT dan satu bulan kemudian keluar pengumuman kelulusan. Alhamdulilah semua alumni SM-3T asal Indramayu yang pada saat itu mendaftar dan mengikuti seleksi lulus menjadi CPNS GGD II. Ada yang bertugas di Kepulauan Aru, Kalimantan, Sumatra, Kab. Bandung Barat, dan saya diterima di Kepulauan Riau.
Kegiatan MeAN di Kab. BINTAN
Menjadi alumni SM-3T bukan berarti berhenti untuk terus mengabdi dan peduli. Setelah menetap dan bertugas di wilayah Kepri, penulis dipertemukan lagi dengan tim baru yang memang berasal dari satu program yang sama disatukan dalam wadah GGD kembali mengusung program peduli untuk anak negeri. Program ini digagas oleh rekan-rekan GGD Kab. Bintan yang berjumlah 17 orang dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh 7 orang GGD Prov, Kepri. Kami menyebutnya dengan kegiatan MeAN (Mengedukasi Anak Negeri). Yayasan Masyarakat SM-3T Institute (MSI) adalah wadah para alumni SM-3T termasuk para GGD untuk saling bersinergi dalam serangkaian kegiatan edukatif dan peduli terhadap sesama.

Jangan takut berbagi akan menjadi rugi, justru dengan berbagi akan membuka pintu rezeki. Berbahagialah jika kita masih bisa untuk berbagi, karena di luar sana masih banyak orang-orang yang menunggu untuk diberi. Saya berbagi saya bahagia karena berbagi itu indah.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa

Thanks hadiahnya...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berbagi, Bakti Peduli Kami (Alumni SM-3T) untuk Negeri!"